Kamis, 28 Februari 2019

Keseimbangan Hidup Duniawi-Ukhrowi


Man tolabal ‘ilma fa huwa fii sabilillah hatta yar ji’ = Barang siapa mencari ilmu (agama) maka dia berada dalam jalan Alloh, sehingga dia kembali (pulang) HR Ahmad bin Hambal dari Anas
Hikmah : Mencari ilmu (Ilmu Al-Quran dan Al-Hadis) mendapat pahala luar biasa besar, karena berpeluang untuk menghidupkan agama Alloh SWT.
Alokasi waktu yang kita pakai untuk mempelajari agama Alloh, tidak sia-sia, justru sebaliknya akan mendapatkan manfaat yang sangat kita harapkan untuk kepentingan di akhirat kelak.
Berkaitan dengan hadits di atas , bahwa Rosululloh SAW bersabda dalam Mukhtarul Adilah Kitabul Khutbah hal.59-60 “ Khoirukum man lam yat ruk akhirotahu li dun-ya hu, wa laa dun yahu li akhirotihi wa lam yakun kal lan ‘ala nasi” = Sebaik-baik kamu adalah orang yang tidak meninggalkan urusan akhirat (disebabkan sibuk) oleh urusan keduniaannya, dan juga tidak meninggalkan urusan keduniaannya (dikarenakan sibuk) oleh urusan akhiratnya, dan jangan menjadi tanggungan (beban) bagi manusia (orang lain).
Nah ! Saudaraku, sekarang kita tinggal mengatur waktu , misalnya dalam satu hari 24 jam, bagaimana kita mengaturnya?
Kapan kita belajar, bekerja , (bikin situs, up date, SEO dll) demi masa depan di hari tua ( di dunia) dan kapan kita juga meluangkan waktu untuk belajar ilmu agama , mengaji Al-Quran dan Al-Hadits, mulai sedikit demi sedikit memahami isinya dan diamalkan.
Tujuannya tidak lain agar kita memperoleh keseimbangan urusan dunia dan urusan akhirat, sebagaimana tema HKN di atas. Dengan keseimbangan usaha urusan dunia, mulai sekolah yang bener, belajar sehingga mendapat prestasi yang bagus di sekolah, syukur-syukur bisa dapat bea siswa karena masuk rangking satu, juga serius urusan akhirat, belajar mengaji , membaca al-Quran dan hadits beserta memahami artinya, maka diharapkan nantinya berhasil kedua-duanya.
Karena berprestasi maka insaAlloh mudah mendapat peluang pekerjaan / karier, memperoleh taraf hidup yang layak. Dan karena rajin dan serius belajar mengajinya maka akhirnya menjadi orang yang paham agama, berbudi luhur / akhlakul karimah mempunyai pendirian berpedoman kepada nilai kebenaran al-Quran dan al-Hadits.
Dengan demikian pesan Nabi pada akhir redaksi hadits tersebut yaitu ‘ dan jangan menjadi tanggungan (beban) bagi manusia (orang lain).

InsyaAlloh akan tercapai yaitu kemandirian dalam urusan maisah / memenuhi kebutuhan hidupnya, juga mandiri dalam berprinsip berkeyakinan istiqomah/menetapi agama berdasarkan kemurnian ilmu al-Quran dan Sunah.